KETIKA CINTA MEMANGGIL
By : Muhbib
Salam alaik………………
Segala puji bagi sang pencipta, demi puji – pujian yang tak terungkapkan oleh lidah kepada wanita yang terlahir dengan cinta dan kebaikan. Hanya kepada-Nya kutujukan puji dan sukur atas segala yang diberikan kepada kaum muslim.
Api cinta telah turun dari surga dalam berbagai bentuk dan rupa, tetapi kesan mereka tentang cinta dan dunia adalah satu. Api yang sangat kecil yang menyinari hatiku bagai obor menyala yang turun dari surga untuk menerangi jalan – jalanku. Roh itu turun dari pusat perputaran cahaya ilahi dan melihatku dengan mata hatimu. Dari tatapan inilah cinta telah terlahir, dan menemukan kediamannya dihatiku. Cinta yang agung ini dibendung dalam jubah perasaanku, yang telah mengubah kesedihan menjadi kegembiraan. Karena dalam satu jiwa terkandung harapan - harapan dan perasaan – perasaan dari hatiku.
Mahbubah…takdapat kupungkiri bila hati ini selalu merintih… meronta…dan penuh harap, kapan aku bisa disisi kamu. Andai semua ini bisa terwujud, betapa tentramnya hati ini. Karena selama ini diriku bagai pungguk merindukan bulan, hanya bisa memandang. Namun masih teramat jauh …dan kian jauh. Hingga sampai saat ini aku tak tahu kapan semua itu bisa aku rengkuh …? Berjuta tanda Tanya ini berkecamuk dalam dadaku, antara hasrat, rindu dan asa berbaur, bermuara menjadi satu. Hasrat untuk lebih dekat disisi kamu. Rindu saat kau berlabuh dari pandanganku dan asa untuk bisa merebut dan mendapat tempat disisi ruang batinmu.
Mahbubah………..apa yang dapat dilakukan hati yang terbakar oleh penantian dan pengharapan. Dan apakah yang bisa dipersembahkan kepadamu, selain keputusasaan…? Aku adalah debu dikakimu, sedang kecantikanmu bagai cahaya surga bagiku. Engkau adalah ciptaan langit yang selalu kupuja, karena paras ayumu masih pekat melekat di palung hatiku mewarnai keterlenaan dan kesendirianku. Sesungguhnya senyum manjamu, terus menerus menuntun langkah gontaiku. Menelusuri lorong - lorong imagi menuai impian semu. Tapi kini……..
Kutersepak dari keyakinan yang mengkristal dengan gairah hidupku. Segalanya telah putus ditelan badai keangkuhanmu, hanya nyanyian elegilah yang saat ini terus menerus beriama disela – selaku. Sebenarnya aku sudah muak dengan jeratan suasana yang erat membelenggu.
Aku tidak tahu….. … aku harus bagaimana …… mungkin saat ini aku belum siap menerima kodrat dari-Nya. Tapi aku tak putus asa…. Aku kan mencoba wujudkan percikan asa yang terserak.
Nanti…… saat nurani bersahabat dengan ilusi, membuyarkan mimpi yang semu dan membangun cinta yang mulia atas setumpuk harapan.
Mungkin aku terkesan bodoh mengeja diriku sendri, bibirkupun terasa amat kelu melafazdkan kata bernuansa cinta karena aku menyimak kidung harapan dari lubuk hatiku yang berbisik perlahan sebagaimana cinta kasih membangun kehidupan hati melalui derita,”begitu pula kebodohan mengarahkan jalan – jalanku menuju kebahagiaan dan pengetahuan adiluhung” karena kearifan abadi tidak menciptakan sesuatu yang sia – sia di dunia ini.
Mahbubah…….. katakan tentangku apa saja yang engkau mau, karena esok akan datang penentuan atasmu dan kata – katamu akan menjernihkan keadaan menjadi kesaksian. Lakukanlah atasku segala yang kau anggap perlu, sejauh engkau kuasa menjauhi kenyataanku karena jiwaku takkan merasakan kesakitan kerena engkau takkan membinasakannya. Rantailah tangan kakiku dan campakkanlah aku ke kegelapan penjara, namun engkau takkan bisa memenjarakan pikiranku yang berkelana bebas bagai angin dilangit tanpa batas yang menelusuri kemegahan siang dan malam, dengan ini mengaku bahwa aku bukanlah kata – kata yang aku nyatakan dihadapanmu, kecuali sepanjang kata – kata itu menyampaikan sesuatu dari lubuk hatiku yang terdalam. Maka jangan mengiraku merayu sebelum engkau memeriksa esensi - esensi yang tersembunyi, atau menganggapku jenius sebelum engkau menelanjangi hakikat diri.
Mahbubah……. Aku mengagumimu karena alasan kebenaranmu yang terbit dari ufuk kebenaran sejati. Kebenaran yang tak bisa kulihat karena kepicikanku kini. Namun yang ku muliakan lantaran engkau lahir dari jiwa suci bagaikan matahari…….roh sucimu tak mengenal lubang – lubang tikus yang tersembunyi, dan lubang – lubang ular tidak satupun yang dikenali. Namun dalam diri manusia roh suci tidak pernah cemburu karena manusia tetaplah manusia. Betapa ingin hatiku dapat menggenggam roh sucimu dalam tanganku, bagai penyebar benih akan kutaburkan kedalam sukmaku. Tapi sayang semua hanyalah angan – angan.
Aku berbicara hanya ketika pikiranku tidak tenang,ketika tidak tahan lagi berdiam dalam hati, aku hidup melalui bibir dan kata yang bersuara menjadi satu – satunya pengobat jiwa.
Dengan kertas inilah yang sebagai mediator, ku ungkapkan semua yang ada didalam hatiku.Sebagian besar aku berbicara tanpa memikirkan, sebab kalimat dan kata pikiran adalah burung lumpuh yang terkurung, meski dapat merentangkan sayapnya, namun tak mungkin terbang ke angkasa raya.
Mahbubah……….iramanya mungkin berbeda, tetapi kukatakan kepadamu, bahwa bila diukur dari kedalaman jiwa,dan dilihat dalam ketinggian semesta, hanya satu nada suara yang terdengar, meyuarakan kidung paduan suara yang agung, karena hanya jiwa yang dapat menerima pesan hati, seperti anggur yang yang selalu terbayang, ketika aroma dan rasanya telah hilang. Biar jiwa membimbing perasaan dengan akal dan pikiran, sehingga perasaan itu tetap hidup dengan setia pada kebangkitannya, dan laksana burung membumbung tinggi di angkasa.
Di dalam keheningan yang diam, seakan - akan hatiku sudah tahu rahasia siang dan malam, tapi ….. telingaku rindu akan pengetahuan atau penjelasan – penjelasan darimu, aku merindukan ungkapan kata untuk pengertian yang sudah engkau pahami dalam rasa, aku ingin meraba dengan sentuhan indera wujud nyata dari dunia impian, demikianlah yang aku inginkan. Mata air tersembunyi dalam letupan jiwa ku harus menyembul dan mengalir kemuara menuju arah samudera, agar harta terpendam didasar jiwa akan terbuka nyata didepan mataku. Tapi janganlah harta yang rahasia itu engkau ukur dengan timbangan, sebab diri pribadi adalah samudera tanpa batas dan tanpa dasar. Karena jalannya tidak mengikuti jalur yang lurus, dan tidak pula tumbuh liar bagai semak belukar, kehidupan jiwa membuka kelopaknya laksana sekuntum teratai yang bermahkota beribu bunga.
Mahbubah……..mungkin hatiku menangais air mata darah, karena aku tahu bahwa dirku hanya dapat bebas sepenuhnya jika dapat menyadari bahwa keinginan bebaspun merupakan belenggu bagi jiwaku, jika diriku telah dapat berhenti bicara tentang kebebasan, hari – hariku tiada kosong lagi dari beban pikiran dan malam – malamku juga tiada sepi dari duka dan kesedihan, jika diriku dapat mengatasi, maka aku akan tegak menjulang tinggi, lepas dari belenggu dan keterbatasan. Tapi bagaimana aku dapat mengatasi hari malam jika aku tidak mematahkan belenggu ikatan yang dipagi pengalaman telah aku kaitkan pada ketinggian tengah hari ……? Sesungguhnya apa yang diriku namakan kebebasan, tidak lain adalah belenggu diantara mata rantai yang membelengguku, tapi aku lupa karena silau oleh cemerlang dan gemerlap kilaumu. Dan tahukah engkau bulenggu apa yang akan aku patahkan untuk mencapai kebebasan …….? Tidak lain adalah bayang – bayangmu yang selalu mengusik ketenangan jiwaku. Disaat ku terlena oleh buaian mimpi, kucoba untuk menghalau rasa kagum yang pernah ada, semakin aku terbawa oleh pesona dirimu. Saat kuterjaga dikhayalan semu, kucoba tuk meraih angan yang mengusik mimpiku. Tapi aku tak berdaya ………. Bayang – bayangmu selalu hadir dalam gelisahku, nada – nada asmara kan tercipta sekilas kau ada, bayang – bayangmu mewarnai asa dalam duka.
Mahbubah……, saat aku terbayang wajah angkuhmu, ku coba tuk menjauh saat dekat denganmu, melupakan dirimu, tapi…….bayang – bayangmu ada disetiap kupejamkan mata, aku tak tahu pesona apa yang kau miliki, sehingga aku begitu terpanah oleh karenamu. Sungguh ……. Antara hasrat, ridu dan asa semuanya berbaur, bermuara menjadi satu, terwujud cinta padamu now and forever.
Aku benar – benar mengagumimu, engkau adalah sang mawar jelita. Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirku, gejolak gairah cinta dalam jiwa membuatku lupa akan segala – galanya. Aku belum pernah melihat keindahan yang menakjubkan di bumi seperti keindahan parasmu. Tiada yang melintas di anganku, kecuali mata indahmu, tiada suara yang lebih merdu daripada suaramu. And I wish, you who become my wife. Bersama dengan restu bumi kutanamkqan harapanku atas dirimu.
Sewangi… bunga mawar tubuhmu
Menghampar dipermadani
Amengetuk hasrat tuk menjamah….surgamu
Kilaumu bagaikan mutiara
Menghiasi muka bumi
Warnamu yang kujilati sendiri
Kuyakinkan restu bumi
Bangunkan jiwaku
Basuhi raga kita
Restu bumi leburkan hati
Sucikan dari debu dunia
Kuraba jiwamu yang bersahabat
Kedipkan swasana hati
Seringsepi menjerit sukmaku
Seorang bijak kan memahami
Cinta bukan dicari
Diraih
Cintapun hadir sendiri
Mahbubah… jika aku bisa mengganti mantra – mantra doa ini menjadi kenyataan adalah lebih baik bagiku, tapi belum tentu bagi Allah SWT, untuk itu ku kembalikan segala sesuatu ini hanya kehadiratNya.Sebab aku adalah tidak ubahnya hamba lumpuh yang hanya berharap pada uluran kasih tuhan.Dan telah kurelakan jiwaku seluruhnya untuk terpenjarakan dalam ketergantunganku padaNya.
Selesai ditulis 6 Agustus 2005 M
Di - PMH X-TRA
http://kedaibambu.blogspot.com/
The search is over! Click here for Free Trials, Health & Beauty, Education, Financial, Freebies, Sweepstakes and Competitions, Automotive, Insurance, all here in your one stop location!
http://www.freebiestuff.com/?LP=64340