Dan, Apakah kasih
ataukah kisah…..?
Bab I
PROLOG
A
bu abbas Al ghifari dalam sebuah bukunya yang berjudul “REMAJA DAN CINTA” Berpendapat, Cinta manis bagai gula, dalam cinta pecinta atau yang di cinta saling meneguk manisnya pertemuan kala rindu melanda dan kemesraan, kala cinta membius mereka, hingga terbuanglah semua duka cita akibat hujaman masa, cinta merupaan bahasa Qalbu antara pecinta dan yang dicinta.
Kahlil Gibran dalam sebuah bukunya mengekspresikan cinta sebagai siksaan batin, bagi pecinta dan yang dicinta, dikala sangpecinta jauh dari yang tercinta (kekasih) maka ia akan tersiksa karena sakitnya dan pedihnya serta beratnya hidup dalam himpitan rindu, dikala pecinta dan yang dicinta bertemu dalam satu ruang maka baik pecinta ataupun yang tercinta akan tersiksa akibat perasaan takut akan perpisahan.
Koes plus dalam sebuah albumnya mengatakan masa bercinta adalah nasa yang paling indah, walaupun penuh dengan penderitaan, Dewa berpendapat bahwa cinta adalah ruang dan waktu, datang dan menghilang, dan Scorpion berpedapat bahwa jiwa adalah cinta, hal serupa juga diutarakan Avril Lagvine dalam sebuah albumnya yang berjudul No bodys home.
Masing - masing dari para tokoh filusuf cinta memiliki teori tersendiri atas cinta, sesuai dengan pengalaman masing – masing, sedangkan bagi penulis sendiri sesuai dengan pengalaman cinta yang dialami penulis, merasakan bahwa semuanya benar dengan alasan mereka masing – masing. Disaat pecinta dan yang tercinta merasakan manisnya pertemuan maka disaat itu pula mereka menggali kesedihan akibat perpisahan yang terbentang diantara mereka, bisa jadi karena kenyataan atau bahkan maut.
Dalam cerpen yang bertajuk “DAN, APAKAH KASIH ATAUKAH KISAH” penulis mencoba mengungkapkan gejolak jiwa yang dialaminya.Meski dalam bahasa yang sederhana penulis mencoba untuk mengabarkan pada mahbubah akan derita yang dirasakan antara pertautan cinta dan kehampaan.
Selanjutnya penulis minta maaf bila, oleh karena tulisan penulis Mahbubah tak rela hati atas segala hal yang diutarakan dalam karangan ini, tidak berdosa bila mahbubah tidak menyukainya, namun janganlah membencinya, karena memang semua kekurangan ini adalah bersumber dari kecerobohan dan kebodohan penulis semata.
Bab II
SURAT MUHBIB KEPADA MAHBUBAH
Salam mesra penuh cinta………….
Aku sangat tahu bagaimana cara mencintaimu, namun aku tak tahu bagaimana cara mendapatkan cintamu, perasaan inlah yang setiap saat selalu manggelayut dihati serta pikiranku.
Betapa banyak surat yang telah kutulis untukmu, namun tak satupun surat itu yang kau balas. Mungkin seperti gadis – gadis lain , engkau mayakini bahwa wanita yang menulis sepucuk surat kepada kekasihnya, akan terhina dan turun harga dirinya. Tetapi aku sendiri percaya, jika seorang gadis tidak membalas surat dari kekasihnya, maka berarti munafik dan pengecut. Seorang gadis yang dengan tulus dan tanpa keraguan menyerahkan hatinya kepada seorang pemuda pastilah tidak akan keberatan untuk menulis surat. Ketika sang kekasih tak ada disisinya. Ia akan mengungkapkan seluruh perasaan, seolah olah – olah orang yang dia kasihi ada dihadapannya.
Perasaan khawatir dalam cinta, adalah sikap pelacur murahan yang setiap hari mengobral cinta, dan bersumpah bahwa ia tidak pernah membuka pintu hatinya untuk orang lain, ia takut untuk berterus terang karna hanya akan menghancurkan masa depannya. Sikap seperti itu tidaklah pantas dimiliki oleh seorang wanita mulia yang mampu menjaga harga dirinya. Wanita yang mencintai lelaki dengan tulus akan berani mengatakan dan berani menulis apa yang ingin di ungkapkan.
Tulislah surat padaku Mahbubah, karena orang yang mampu menjaga rahasia ucapannya,pastilah dapat pula menjaga rahassia suratnya,yakinlah Mahbubah, aku tak bermaksud menjadikan surat – suratmu sebagai pedang yang akan menembus batang lehermu bila kelak kau tak mencintaiku lagi.
Kukira engkaupun bukanlah seorang gadis yang rela begitu saja menyerahkan hatinya pada lelaki yang suka mengobral rahasia kaum wanita. Kebaikan hati terkadang merupakan hal yang kejam, semakin di cari semakin sulit di temukan.
Seperti yang kau ketahui setiap kali aku dihadapanmu, tubuhku serasa dijalari perasaan aneh yang membuatku kelu dan tak mampu mengucapkan kata – kata, aku hanya mampu menundukkan kepala bagai seorang hamba dihadapan rajanya, bagai seorang terpidana yang siap untuk di Eksekusi. Oleh karena itu bahasa tulisanlah yang tepat sebagai sarana dialog diantara hati kita.
Bab III
RENUNGAN
Setiapkali aku mengenang kisah pengembaraanku selama ini untuk menemukan cinta dibalik bukit – bikit hatimu, diatas gunung - gemunung rasamu, setiap itu pula kebimbangan mempersiapkan sayap –sayapnya untuk membawaku terbang menjauhi puncak cinta dari lembah hatimu. Setiapkali aku hendak mengikuti ajakan kebimbangan untuk memahatkan kata mundur dan kalah serta mati diatas prasasti hatiku, harapan selalu hadir menghiburku serta menyajikan cawan – cawan kenikmatan untukku dan dengan cahayanya harapan bangun dari peraduan menerangi hatiku dengan bias – biasnya bagai sang mentari yang muncul dari ufuk timur di saat fajar.
Seraya berkata, wahai sahabatku,…putus asa adalah sikap para pengecut yang tidak berani mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya, baik kepada diri sendiri, maupun kepada khalayak, sahabatku,…peganglah tanganku niscaya kau akan menemukan apa yang kau cari, dalam cinta diperlukan keteguhan, ketekunan serta keberanian, bagaimana kau berharap atas cinta sedangkan kau takut pada kenyataan yang harus kau hadapi. Wahai sahabatku,…. Jika kau mengikuti kebimbangan dan membiarkan ruhmu terbang bersamanya, niscaya kau tak akan mendapatkan apa yang kau harapkan, sahabatku ,….marilah ikuti langkahku , percayalah cinta akan memberimu kekuatan, karena dalam cinta terdapat kekuatan yang maha gaib.
Sejenak aku terdiam, merenungkan kata – kata sang harapan, tanpa kusadari ada sebuah kekuatan yang kurasakan menjalar masuk kedalam raga dan membangkitkan ruhku yang telah lunglai.Aku pandangi sang harapan dengan sorot mata menghiba memohon pertolongan, seraya bekata, wahai harapan engkau adalah sahabat ku yang suci, dan aku percaya yang kau katakan.
Setiap kali aku hujamkan pedang pendek yang berkarat ini kedadaku, darah merah yang bergejolak serta sakit yang kurasakan menjadi bukti bahwa aku masih hidup, meski kehampaan memenuhi seluruh ruang hatiku, hingga harapan menghampiriku.
Kehangatan darahmu yang merah bagaikan mawar, menjadi pengisi altar persembahan, dimana kau berbering di atasnya, menebarkan harumnya bunga yang gugur, saat setan dan malaikat yang terbuang dari surga menarikan tarian hinaan.Selamatkanlah jiwa dan cintaku.
Akupun beranjak mendekati sangharapan dan mencoba memegang tangannya, kamipun telah bersiap untuk menapaki kehidupan, saat itu pula kebimbangan dengan gesitnya menyambar cawan kenikmatan yang sejak tadi aku pegang dengan erat ditanganku dan mencoba merampasnya dariku, seraya berkata, wahai sahabatku,….. memang benar apa yang dikatakan harapan padamu, tapi lihatlah cawan yang kau pegangi itu, yang oleh harapan disebut dengan cawan kenikmatan, lihat dan pandangilah dengan benar, apa yang disajikan harapan kepadamu tidak lain hanyalah cawan – cawan kosong tanpa setetes minumanpun yang dapat melepaskanmu dari dahaga. Memang benar dalam cinta memerlukan keteguhan , ketekunan serta keberanian, namun apakah tidak pernah terpikir olehmu , apa gunanya keteguhan, ketekunan serta keberanian bila hanya untuk setia memegang cawan – cawan kosong tanpa setetespun minuman didalamnya.
Wahai sahabatku,….. jalan yang harus kau tempuh masihlah teramat panjang, masih banyak yang perlu kau raih, dan perlu kau ketahui, masa sekarang takkanlah pernah kembali bila masa yang akan datang telah kau jalani, bukankah masa sekarang adalah masa untuk mempersiapkan diri untuk menempuh masa yang akan datang …….? Apa yang kau pikirkan selama ini bersama sang harapan hanyalah sebuah impian, yang jika kau tidak berhati – hati kau akan tergelincir dalam lembah penyesalan, sahabatku ,……. Sadarlah sebelum penyesalan yang sebenarnya kau rasakan, lepaskanlah dirimu dari mimpi – mimpi yang tak memberimu kepastian, ingatlah sahabatku, hidup bukan hanya konsep, melainkan juga realita….!
Dengan rasa belas kasihan kebimbanagan mendekati tubuhku yang mulai melemah, akupun tak mampu berbuat banyak, selain menyandarkan tubuhku dipundak sang kebimbangan, perasaan sedih dan takut bercampur jadi satu serasa bagai sebilah pedang dari Julius Chaisar yang terhujam kejantungku, kebimbangan mencoba memegangi kedua lenganku dan mengajakku bangkit untuk merebut realita yang tercecer dialtar kehidupanku.
Wahai Kebimbangan ……..! akan kau bawa kemana sahabat kita ini……? Tanya sang harapan dengan mencoba menghalangi langkah sang kebimbangan yang hendak membawaku pergi. Wahai kebimbangan ….! Semua yang kau lakukan hanyalah akan membunuh cita – cita cinta sahabat kita yang lemah ini ……!, biarkanlah dia ikut terbang bersamaku, karena aku telah mempersiapkan sayap – sayapku untuknya, biarkanlah ia mengembara bersamaku untuk mengumpulkan serta mendapatkan anggur kenikmatan dari dewi cintanya.
Tidak harapan…….!!! Aku tak akan menyerahkan sahabatku ini kepadamu, karena bila ia terus bersamamu, maka akan membuat ruh – ruhnya beterbangan dalam alam mimpi yang tak pernah pasti, dan ketahuilah , apa yang kau lakukan itu hanya akan membuatnya mati sebelum kematian yang sesungguhnya merenggut hidupnya, lihatlah ia masih sangat muda dan polos, lihatlah betapa ia memerlukan perjuangan bukan hanya untuk mendapatkan cinta, melainkan juga banyak yang harus diperbuatnya, lihat lah masa depan telah melambaikan tangan untuknya, seolah – olah mendambakan kehadirannya, biarkanlah dia tersadar dari mimpi – mimpinya.
Mendengar semua itu aku menjadi bingung hedak mengikuti yang mana, apakah sang harapan ataukah sang kebimbangan ……? Mereka semua adalah sahabatku, yang selalu menolong dan membantuku di saat aku memerlukannya. Aku terkapar dalam altar ketidak tahuan, aku ingin pejamkan mataku dan ingin aku melepaskan diri dari hujaman – hujaman kenyataan dan impian.
Baru saja aku hendak memejamkan mataku, tampak terlintas dipelupuk mataku bias cahaya menyilaukan dan seketika itu pula relung hatiku yang sejak tadi gelap dan gulita menjadi terang benderang oleh karenanya. Kini jubah hitam yang menutupi relung hatiku telah hancur terbelah – belah oleh kilauan cahaya dari mata pedang perak. Aku mencoba membuka mataku lebar – lebar untuk menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi, aku melihat kebimbangan dan harapan masih berdiri ditempatnya semula, tepat disampingku, serta yang mengejutkanku dari balik bukit hatiku muncul sosok yang tak asing lagi bagiku, karena dia adalah sahabat lamaku, yang tidak lain adalah sang akal.
Wahai sahabat – sahabatku bagaimana kabar kalian semua……? Tanya sang akal sambil menyalami kami satu persatu, sedangkan aku masih dalam posisiku semula terkapar dan lemah. Apa yang sedang terjadi diantara kalian ,……..? kesusahan apakah yang kiranya telah merampas kekuatan sahabat kita yang lemah ini, ……..? sang akal mencoba menanyakan ikhwalku kepada sang harapan dan sang kebimbangan. Sejenak sang harapan dan sang kebimbangan saling berpandangan, seolah dalam pandangannya masing – masing dari mereka saling menyalahkan. Namun sang akal cukup cerdas dan tahu tentang apa yang di isyaratkan oleh sorot mata harapan dan kebimbangan.
Seraya berkata, wahai sahabat – sahabatku kita semua adalah merupakan partikel penyusun nurani sahabat kita yang lemah ini …., jangalah kita jadikan sahabat kita ini menjadi lebih lemah lagi, oleh karena pertentangan diantara kita, lihatlah betapa dia sangat memerlukan bantuan dan bimbingan kita ………., kata sang akal kepada sang harapan dan sang kebimbangan yang sejak dari tadi berselisih paham. Tidakkah kita sadar bahwa kita diciptakan oleh sang robbi, tidak lain adalah untuk membimbingnya …..? kembali sang akal bertanya.
Sejenak suasana terasa hening, masing – masing terhahanyut dalam aliran renungan. Sesaat kemudian sang akal berjalan mendekatiku, mengusap rambutku, membelai seluruh tubuhku, memegangi tanganku dan mencoba untuk membangkitkanku, serta membersihkan tubuhku dari debu – debu dan kotoran yang melekat ditubuhku yang hampir menjadi bagian dari tubuhku. Dengan penuh cinta, kasih dan sayang sang akal memegangi kedua belah tanganku dan membimbingku untuk mencoba berjalan, akupun dibawanya mendekati sang harapan dan sang kebimbangan yang tampak tertegun menyaksikan apa yang diperbuat sang akal atas diriku.
Sahabatku ,……..sang akal mencoba mengawali perbincangan,sangat benar apa yang dilakukan oleh sang harapan namun bukan berarti yang dikatakan sang kebimbangan salah.
Dalam cinta terdapat kekuatan yang maha gaib, itu benar ……..(lanjut sang akal), namun kau harus ingat, dalam cinta juga terdapat duri –duri berbisa yang mematikan.
Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, meski jalan yang akan kautempuh terjal dan berliku, dan apabila sayap –sayapnya merengkuhmu pasrahlah seta menyerahlah meski pedang yang tersembunyi dibalik sayap itu akan melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya, membuyarkan mimpimu, bagai angin utara memporak – porandakan pertamanan, sebagaimana ia memahkotaimu, cinta juga akan menyalibmu, sebagaimana ia menumbuhkan kuncup dedaunanmu, maka ia juga memotong akar – akarmu.
Sebagaimana dia membumbung, mengecup puncak – puncak ketinggianmu, membelai mesra ranting terlembut yang bergetar dalam cahaya matahari, dimikian pula dia menghujam kedasar akarmu, mengguncang – guncangnya dari ikatanmu denga tanah.
Bagaikan butiran – butiran gandum kau diraihnya, ditumbuknya sampai polos telanjang. Kalian akan dilindasnya agar terbebas dari kulit luarmu, digosoknya hingga menjadi putih bersih, diremas – remasmnya hingga menjadi bahan yang mudah dibentuk. Dan akhirnya kalian akan dipanggangnya diatas api pensucian, laksana roti suci yang dipersembah kan pada pesta kudus tuhan. Demikianlah sifat cinta kepada diri manusia, supaya kau pahami sebagai rahasia hati dan kesadaran itu akan menjadikan kalian sebagai hati kehidupan.
Namun jika dalam kemesraan hanya ego dan kesenangannya yang kalian cari –cari dalam cinta, maka lebih baik kalian menutup tubuh dan manyingkir dari penempaan, memasuki dunia tanpa musim dimana kau dapat tergalak tanpa tawa dan menangis tanpa air mata.
Cinta takkan memberikan apa – apa pada kalian, kecuali keseluruhan dirinya, dan iapun tidak akan mengambil apa –apa dari kalian kecuali dari dirinya sendiri, cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta.
Janganlah engkau mengira bahwa engkau dapat menentukan arah cinta, karena apabila cinta telah menjatuhkan pilihan pada kalian, dialah yang akan menentukan perjalan hidup kalian.
Cinta tidak punya hasrat selain mewujudkan maknanya sendiri. Namun jika kalian mencintai disertai berbagai hasrat, maka wujudkanlah dia demikian, meluluhkan diri mengalir bagaikan anak sungai yang menyanyikan lagu persembahan malam, mengenali kepedihan kemesraan yang terlalu dalam. Merasakan luka akibat pengertianmu sendiri tenteng cinta, dan meneteskan darah dengan rela dan suka cita. Bangun fajar subuh dengan seriangan awan, mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan. Istirahat diterik siang merenungkan puncak – puncak getaran cinta, pulang dikala senja dengan syukur penuh dirongga dada, kemudian tertidur dengan doa bagi yang tercinta dalam hati, dan sebuah nyanyian puji syukur tersungging senyum dibibir.
Begitulah sang akal menuturkan kepadaku tentang cinta dan tentang kepedihan yang dijanjikannya. Aku mendengarkan segala perkataan sang akal dengan penuh khidmad, tanpa kusadari ada sebuah energi yang maha lembut yang menjalar keseluruh raga dan jiwaku, bagaikan embun disubuh hari yang menyapu pucuk – pucuk dedaunan, seolah dengan kelembutannya mengucapkan selamat datang kepada nafas fajar yang mulai berhembus. Dan aku berusaha bangkit dari peraduan kegelapan untuk menyematkan kuncup – kuncup ketegaran pada sisi terang harapan dan kebimbangan.
Harapan adalah sahabatmu yang telah membangunkan monumen kekuatan untukmu,wahai saudaraku,………(sang akal melanjutkan perkataannya) . Sedangkan sang kebimbangan adalah sahabat kita yang selalu setia membangun benteng untukmu agar terhindar dari kerusakan dan kepedihan hujaman penyesalan. Aku katakan padamu bahwa hidup memang kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan dan semua hasrat keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan, dan segala pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pekerjaan, dan setiap pekerjaan akan sia – sia jika tidak disertai cinta.
Tapi aku berkata tidak di dalam tidur melainkan dikala jaga sepenuhnya ketika matahari tinggi, bahwa angin tidak lebih mesra ketika berbisik di pepohonan raksasa dari pada ketika meliuk bersama rerumputan dan semak belukar dibawahnya.
Wahai sahabatku,……… sapa sang akal padaku yang mulai merasakan hangatnya belaian energi kehidupan . Terimalah piala ini dan pegangilah dengan seluruh kekuatan yang kau miliki, datang dan pergilah pada dewimu, mintalah agar ia mau mengisi piala – piala ini dengan minuman kemesraan, jika dia tak bersedia mamberikannya, cobalah minta sekali lagi dengan penuh kesungguhan, jika ia tetap saja tidak berkenan mengisi piala – piala cinta ini dengan minuman kemesraan, maka janganlah engkau mengharapkan belas kasihannya, karena rasa kasihan akan mengundang kelemahan, dan segera berjagalah kau dari tidurmu agar kau terlepas dari mimpi – mimpi yang selama ini membuaimu dalam sihir kenikmatan. Kau harus segera kenakan sepatumu dan menyingsingkan lengan bajumu, untuk pengembaraan panjangmu, dan biarkanlah piala – piala cinta ini tergantung di pundakmu, karena dalam pengembaraanmu nanti, pastilah kau akan temui sesosok dewi yang akan dengan ikhlas mengisikan minuman kemesraan pada piala cintamu.
Bab IV
SUARA SANG MUHBIB
Akupun bangkit dari tempatku terkapar, serasa aku menemukan kelahiranku kembali, aku berjalan menyusuri sepanjang jalan nasib sesuai bimbingan sang akal. Dan aku katakan kepadamu wahai mahbubah …………., isilah pila – piala cintaku ini dengan minuman kemesraan, agar aku dapat mempersembahkan sajian taman furdaus untukmu, bunyikanlah dawai – dawai cintamu, agar aku dapat menyanyikan syair - syair kemesraan untukmu, janganlah kau bangun pusaraku dalam cintamu. Ulurkanlah tanganmu padaku, marilah kita rebut masa depan dari kekuasaan sang takdir. Dan jika kau tak bersedia mengabulkan permohonanku, alangkah lebih baiknya jika kau utarakan dan katakan dari sekarang, silahkan kau hunus pedang penolakanmu untuk membunuh cita – cita cintaku padamu, tak ada cita – cita yang lebih mulia bagi para pecinta selain dari penyatuan jiwa. Sebab kematian hari ini jauh lebih berarti dari pada hari nanti, setelah banyak dosa yang ku perbuat pada cinta. Meskipun demikian janganlah pernah kau melarang tangan – tangan cintaku untuk selalu memelukmu.
Selesai ditulis 6 April 2005 M
Di – PMH X- TRA K-jent
Penulis;
Muhbib
Tuesday, February 24, 2009
Wednesday, February 4, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)